Pro dan kontra mengenai kenaikan harga BBM masih panas dibicarakan di Tanah Air. Meski mendapat tekanan dari berbagai kalangan di dalam negeri, pemerintah tetap ngotot menaikkannya. Alasannya, di tengah kenaikan harga minyak dunia, kenaikan BBM penting untuk menutupi defisit di APBN.
Padahal, kenaikan harga minyak dunia seharusnya memberi rejeki nomplok bagi negara ini. Rejeki nomplok itu berupa windfall profit seperti yang diboyong negara-negara anggota OPEC dari kenaikan harga emas hitam itu. Pemerintah Indonesia seharusnya juga bisa mendapatkan windfall tax dari kontraktor minyak dan gas yang beroperasi di Indonesia.
Windfall tax bisa diterapkan jika harga minyak dunia mencapai 10 persen di atas ICP. Dalam APBN-P 2008 besaran ICP adalah USD95 per barel, dan jika harga minyak mencapai USD104,5 per barel, windfall tax bisa langsung diterapkan. Dengan demikian, pemerintah berpotensi mendapatkan pemasukan pajak hingga puluhan triliun. Fraksi Kebangkitan Bangsa di DPR mencatat, potensi durian runtuh itu bisa mencapai angka Rp50 triliun.
Kebijakan ini jelas kebijakan yang halal. Ini pernah dilakukan Amerika Serikat pada 1970 dan 1980-an. Saat itu, sama seperti saat ini, terjadi lonjakan harga minyak dunia. Dan kini, Venezuela termasuk negara yang menempuh opsi windfall tax itu, sehingga negara itu berpotensi menambah pendapatan hingga USD1,2 miliar.
Pembebanan pajak ini sangat strategis dan harus dilakukan. Sebab, keuntungan mahadahsyat yang diterima perusahaan-perusahaan asing itu dari bumi Indonesia bukan merupakan hasil jerih payah, tetapi karena lonjakan harga minyak dan gas yang luar biasa.
Selain windfall tax, masih alasan lain yang bisa dikemukakan untuk menjadikan rencana menaikkan harga BBM sebagai opsi terakhir. Kwik Kian Gie, mantan Kepala Bappenas berpendapat, dengan jumlah produksi dalam negeri yang ada saat ini pemerintah sebenarnya masih mendapatkan keuntungan hingga triliunan rupiah, meski Indonesia kini menjadi importir minyak.
Bisa pula dengan memprioritaskan penggunaan sumber energi lain seperti LNG dan batu bara untuk kepentingan dalam negeri seperti pembangkit listrik, maka bisa jadi kita tidak perlu mengimpor BBM sama sekali.
Yang pasti, kenaikan harga BBM akan berimbas pada semakin beratnya beban hidup masyarakat. BBM adalah nyawa dari semua jenis industri yang memiliki dampak dua arah, terhadap produsen dan konsumen. Rakyat pasti akan terpukul oleh naiknya barang-barang, karena para pengusaha akan melimpahkan bebannya kepada konsumen.
pemerintah harus sering-sering baca blog, biar tahu kalo boroknya sudah ketahuan
SukaSuka
trus pula, gw liat di berita menakertrans minta agar pengusaha menaikkan uang transport & makan u/ karyawannya. emangnya uang dari mana yak klo BBm aja naik. bener kata Amin yg blg ” jangan turunkan Sby tapi jangan pilih dia lagi pemilu taun depan” (klo ga salah denger)hehe
SukaSuka