kisruh adamair

ini ada surat dari pembaca yang dimuat di okezone.com, tentang kisruh yang terjadi di adamair. sepertinya si pengirim adalah orang dalam yang benar-benar mengerti skandal yang terjadi di maskapai itu. dia pun membenarkan langkah yang diambil bhakti investama dengan keluar dari kepemilikan di maskapai itu.


Tanggapan Atas Mundurnya Bhakti Investama dari Adam Air

Saya ingin memberikan tanggapan atas berita tentang Mundurnya Bhakti Investama, karena apa yang Anda tulis semata-mata masih terbatas pada hasil wawancara dengan pihak direksi PT AdamAir. Kalaupun Anda mewancarai pramugari itu belum mencerminkan/mewakili kondisi sebenarnya dari karyawan dan apa yang sesungguhnya terjadi.

Untuk itu perlu kiranya saya menambahkan beberapa informasi penting sebagai bahan untuk ditelusuri lebih lanjut lewat wawancara investigasi kepada orang-orang terdekat dari direksi, yang saya tahu hal ini sebenarnya amat mudah dilakukan oleh wartawan Anda.

1. MASALAH KEPEMILIKAN SAHAM BHAKTI

Kalau disimak kembali dari press release dari situs AdamAir (Posted on Dec 11 2007 at 1:51 AM), Hary Djaja, Direktur Utama Bhakti Investama menginformasikan: “Kami telah mencapai kesepakatan dengan pendiri AdamAir. 50% saham yang kami investasikan merupakan saham baru yang diterbitkan oleh AdamAir sehingga dananya akan masuk ke AdamAir”. Dari sumber yang saya peroleh dari sekretaris direksi, penjualan saham kepada Bhakti Investama, sebenarnya merupakan kemenangan pihak Adam Air yang sudah memperoleh keuntungan yang cukup besar karena hasil penjualan saham tersebut sebenarnya sudah menutup semua biaya investasi dan modal kerja yang dikeluarkan untuk mengelola Adam Air. Apalagi komposisi kepemilikan masih bisa dipertahankan 50% dengan hak pengelolaan operasional sebagain besar masih di bawah kendali keluarga Suherman.

Dana segar yang diperoleh dari pihak Bhakti selanjutnya dipakai oleh keluarga Suherman untuk mendirikan perusahaan baru (PT Greenworld, dengan pecarahan puluhan perusahan fiktif) yang bergerak di bidang Tambang Batubara, Emas, Sirkon dan Kelapa Sawit) di wilayah Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, dan Sulawesi. Pengelolaan perusahaan baru ini juga melibatkan investor dari Hong Kong sebagai mitra barunya.

Saking kuatnya dominasi pihak keluarga Suherman, dan kelihaian mereka untuk tetap mempertahankan ketidaktransparan manajemen, sampai-sampai pihak Bhakti tidak sadar bahwa sebagian besar karyawan (orang-orang kepercayaannya) yang ada di lapangan (termasuk Manajer Distrik) dari level operator sampai managerial telah ditarik untuk membantu keluarga Suherman mengelola unit usaha baru yang bergerak di bidang Batubara dan Sawit (degan gaji dan status karyawan yang masih tercatat sebagai karyawan AdamAir). Demikian juga dengan biaya-biaya operasional proyek usaha baru tersebut masih sering dibiayai dari kas operasional AdamAir (terutama yang ada di Cabang Jakarta, Jogja, Surabaya, Banjarmasin, Pontianak, dan Ujungpandang).

Kondisi seperti ini tentu sangat merugikan PT Adam Air yang pada akhirnya tentu sudah bisa dibaca oleh pihak Bhakti Investama, sehingga tidak terlalu mengejutkan apabila Bhakti Investama pada akhirnya menarik seluruh sahamnya.

Kalaupun memang benar sinyalemen keluarga Suherman, bahwa ada skenario tersembunyi akuisisi AdamAir dimakasudkan untuk proses belajar dalam rangka persiapan pembentukan perusahaan baru “Eagle Airline”, hal ini menunjukan satu BUKTI BAHWA BHAKTI INVESTAMA BUKAN PERUSAHAAN YANG GAMPANG DIBODOHI oleh keluarga Suherman.

2. NASIB ADAMAIR

Dengan ditariknya seluruh saham Bhakti Investama, dan latar belakang dari point 1 di atas, seharusnya Bapak Adam Suherman, tidak perlu menyampaikan kekekesalannya, karana apa yang terjadi ini merupakan karma dari perbuatannya sendiri. Kewajiban untuk memikirkan kelangsungan perusahaan dan nasib 3.000 karyawan sudah secara otomatis harus menjadi tanggung jawan keluarga Suherman kembali (karena kini komposisi kepemilikan jadi 100% lagi). Kalau beliau merasa sayang dan tidak ingin AdamAir (yang dibangun dari awal) akhirnya MATI, tentu pilihannya cukup mudah, yakni TUNDA DULU PROYEK TAMBANG DAN PERKEBUNAN dan kembali konsentrasi untuk benahi dan bangun kembali AdamAir. Sebab selama ini (sejak diakuisisi pihak Bhakti) seluruh jajaran kelurga Suherman LEBIH SERING BERKANTOR DI GREENWORLD (Pluit Raya 24) dan NYARIS TIDAK LAGI PUINYA WAKTU UNTUK AKTIF NGURUS ADAM AIR, termasuk pak Adam sendiri selaku Dirut.

Sisa Dana yang saat ini masih ada di tangan keluarga Suherman (terutama dari hasil penjualan ke Bhakti Investama) rasanya masih cukup untuk membiayai kewajiban pembayaran leasing pesawat yang telah ditarik pihak lessor dan membangun kepercayaan kembali dari pihak investor lain untuk dapat menyertakan modal investasinya.

Kalau sampai pada akhirnya terpaksa harus MENUTUP operasional AdamAir (karena belum bisa segera mendapatkan investor yang mau mengakuisisi), maka seyognyanya pihak keluarga Suherman cukup bijak dengan TIDAK TERBURU-BURU MELAKUKAN PHK MASAL. Para karyawan AdamAir yang belum mendapatkan pekerjaan baru di perusahaan Airline lain, tentu bisa ditampung di PT Greenworld group.

3. MANFAATKAN MOMENTUM UNTUK PERBAIKI GAYA MANAJEMEN

Sudah bukan rahasia lagi bahwa gaya manajemen keluarga Suherman dikenal otoritas, bertangan besi dan pantang dikritik. Akibatnya budaya yang lebih berkembang adalah KARYAWAN YANG YESMEN, PENAKUT DAN TIDAK BISA MENGEMBANGKAN DIRI SECARA OPTIMAL (untuk kemampuan profesionalnya). Seluruh Jajaran Strategis lebih banyak diisi oleh KELUARGA dan TEMAN-TEMAN dari keluarga Suherman, yang pada kenyataannya kurang memiliki kemampuan profesional yang memadai di bidangnya. Namun justru lebih banyak memanfaatkan kepercayaan yang diberikan untuk KEPENTINGAN MEMPERKAYA DIRI dengan menghalalkan segala cara termasuk menyingkirkan orang-orang yang dianggap bersebrangan.

Cukup banyak karyawan BERPOTENSI yang justru menjadi korban PHK dan PENGUNDURAN DIRI SECARA PAKSA, hanya karena BISIKAN/ FITNAH (dari orang-oarang kepercayaan direksi) tanpa mereka TAU APA KESALAHANNYA apalagi punya kesempatan untuk klarifikasi/membela diri. Mungkin apa yang sekarang menimpa Adam Air adalah TERKABULNYA DOA DARI MEREKA YANG TELAH TERANIAYA oleh KESEWENANG-WENANGAN dan AKAL LICIK dari orang-orang kepercayaan direksi yang sampai sekarang masih bercokol di sana.

KALAU SAJA, perusahaan ini bisa dikelola dengan gaya manajaman modern dengan jajaran karyawan profesional yang diseleksi berdasarkan kompetensi profesionalnya, tentu perusahaan ini BISA LEBIH CEPAT BERKEMBANG dan bisa jadi Bhakti Investama URUNG MIUNDUR.

Mumpung masih belum terlambat, sebaiknya pihak keluarga Suherman mau belajar dari kesalahan dengan menggunakan momentum ini untuk melakukan perbaikan gaya manajemen, termasuk seleksi ulang dengan hanya mempertahankan karyawan yang benar-benar kompeten namun juga loyal.

Demikian tanggapan saya selaku orang dalam yang sampai saat ini masih bekerja di AdamAir Group. Harapan saya informasi ini dapat ditindak lanjuti oleh pihak redaksi untuk melakukan konfirmasi langsung di lapangan.

Hormat saya,
Hendrik