
Teknologi asisten suara (voice assistant) mengalami pertumbuhan dan kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu tren terbesar di lapangan adalah meningkatnya penggunaan pemrosesan bahasa alami (NLP) untuk meningkatkan kemampuan asisten suara untuk memahami dan merespons input pengguna yang lebih luas. Hal ini menyebabkan asisten suara menjadi lebih efektif dalam menangani permintaan yang kompleks.
Berbagai prediksi sempat menyebut masa depan teknologi asisten suara terlihat cerah, dengan peningkatan yang berkelanjutan dalam akurasi dan fungsionalitas, serta peningkatan adopsi di berbagai industri dan aplikasi. Akan tetapi pemberitaan pekan ketiga November lalu menyebutkan, Amazon merumahkan 10.000 karyawan, dan divisi yang paling terdampak adalah yang terkait dengan produksi Alexa, produk voice assistant andalan Amazon. Divisi ini berada dalam krisis. Bahkan beberapa media menyebut peristiwa ini sebagai “collosal failure”.
Berita tersebut cukup mengejutkan, mengingat Alexa dari Amazon telah hadir di jutaan rumah tangga di banyak negara. Alexa, bagi jutaan pengguna, telah menjadi salah satu asisten suara terkemuka yang berinteraksi dengan mereka.
Dalam sebuah postingan LinkedIn, Arnold Japutra, dosen UI mengatakan, Alexa menjadi merek yang kuat dari Amazon. Namun demikian, tidak banyak orang yang menggunakan Alexa untuk memesan barang dari Amazon, yang dimaksudkan untuk Alexa. Arnold mempertanyakan alasan kegagalan tersebut. Apakah ini tentang hubungan konsumen-merek, atau ada faktor lainnya?
Saya mencoba mencari cerita dari orang-orang yang pernah menggunakan Alexa di berbagai forum internat. Cukup mengejutkan. Banyak yang menganggap produk ini tidak berguna. Pernyataan mereka sejalan dengan studi PwC –saya lupa tautannya—, bahwa sebagian besar pengguna menggunakan Alexa untuk tugas-tugas sederhana seperti mencari di mesin pencari, mengajukan pertanyaan cepat, memeriksa cuaca atau berita terbaru, dan memutar musik. Hal yang sama bisa dilakukan dengan smartphone menggunakan Apple Siri atau Google Assistant.
Saya melihat ada masalah dengan perilaku pelanggan yang belum terbentuk dalam menggunakan produk ini. Amazon tentunya berharap perangkat ini tidak hanya digunakan untuk tugas-tugas sederhana tersebut, namun lebih jauh lagi pengguna juga akan menggunakannya untuk banyak tugas lainnya, termasuk berbelanja di marketplace. Dengan demikian, monetisasi produk tidak berhenti setelah barang dibeli oleh konsumen.
Di sisi penjualan, Alexa memiliki angka yang bagus. Namun menurut saya, melihat masalah di paragraf sebelumnya, Amazon gagal memahami perilaku konsumennya. Mungkin juga ada masalah dengan hubungan konsumen-merek. Pengguna Alexa tidak sepenuhnya memahami produk, jadi mereka tidak menjelajahinya untuk penggunaan lebih lanjut.
Bagaimana menurut kamu?