Facebook setelah Menjadi Meta

Logo Meta

Facebook Inc kini bernama Meta: Sebuah bisnis teknologi sosial. Mark Zuckerberg resmi mengumumkannya, Kamis, 28 Oktober 2021, pada konferensi tahunan perusahaan miliknya, Connect.

Rebranding ini adalah bagian dari upaya perusahaan mengubah persepsi dari hanya dikenal sebagai platform media sosial dan fokus pada rencana membangun metaverse atau dunia virtual.

Langkah perusahaan mirip rebranding yang dilakukan Google, 2015 lalu, ketika mengumumkan perusahaan payung bernama Alphabet. Facebook selanjutnya akan bergabung bersama Whatsapp, Instagram, dan Oculus di bawah Meta. Produk Oculus Quest, yang merupakan bisnis realitas virtual, juga akan berubah nama menjadi Meta Quest, sementara aplikasnya menjadi Meta Quest.

Dalam wawancara dengan The Verge, Zuckerberg mengaku rencana ini dirancang lebih dari enam bulan sebelumnya. Sejumlah kecil karyawan yang menandatangani perjanjian kerahasiaan, dilibatkan dalam proyek ini. Rencana rebranding sendiri telah dipikirkannya sejak membeli Instagram dan Whatsapp pada 2012 dan 2014 silam. Namun baru di awal 2021 ini dia menyadari harus dilakukan perubahan.

Sekilas memang tampak seperti cara untuk lepas dari beragam tuduhan yang diarahkan kepada Facebook. Seperti baru-baru ini dilakukan  Frances Haugen, yang membocorkan dokumen bahwa Facebook lebih memilih keuntungan ketimbang keselamatan pengguna.

Foto diambil dari FrancesHaugen.com

Soal itu, Haugen belakangan rutin bersaksi di hadapan subkomite Senat AS dan anggota parlemen di Parlemen Inggris. Sebaliknya Zuckerberg mengatakan dokumen itu digunakan untuk memberikan “gambaran palsu.”

Haugen memang bukan yang pertama melemparkan tuduhan terhadap Facebook. 2013 lalu Facebook terjerat dalam skandal Cambridge Analytica yang menghebohkan dunia. Kritik terhadap Facebook juga muncul bersamaan dengan kritik terhadap platform-platform lain dalam film The Social Dilemma yang ditayangkan Netflix. Film tersebut antara lain mewawancarai Profesor Harvard, Shoshana Zuboff, yang menyebut aktivitas Facebook sebagai “surveillance capitalism”.

Buku The Age of Surveillance Capitalism yang ditulis Shoshana Zuboff. (Foto: Fajri)

Dalam bukunya yang diterbitkan tahun 2019, The Age of Surveillance Capitalism: The Fight for a Human Future at the New Frontier of Powerplatform-platform digital seperti Facebook, Google, dan Amazon secara sepihak mengeksploitasi pengalaman manusia sebagai bahan mentah cuma-cuma untuk diterjemahkan ke dalam data perilaku, dan diperdagangkan di pasar jenis baru yang dia istilahkan sebagai “behavioural futures markets”.

Ekosistem Bisnis Meta

Give people the power to build community and bring the world closer together,” begitu tertulis di website Meta.com, yang sementara ini masih redirect ke about.facebook.com.

Meta jelas memiliki modal pengguna yang luar biasa besar. Ada 3 miliar pengguna, 200 juta pengguna dari kalangan bisnis, 100 miliar pesan dan 1 miliar kisah yang dibagikan setiap harinya.

Meta adalah evolusi berikutnya dari koneksi sosial, tulis perusahaan di websitenya.

Kata evolusi yang digunakan, bukan revolusi. Evolusi dalam konteks inovasi merujuk pada strategi perubahan secara inkremental, bukan radikal. Inovasi radikal melibatkan penciptaan produk dan proses baru untuk pasar baru, sedangkan inovasi inkremental berkaitan dengan peningkatan produk, layanan, atau proses yang sudah ada. 

“Ruang 3D di metaverse akan memungkinkan Anda bersosialisasi, belajar, berkolaborasi, dan bermain dengan cara yang melampaui apa yang dapat kita bayangkan.”

Ekosistem produk Meta (Screenshot Meta.com)

Meta menawarkan beberapa platform aplikasi dan produk. Ekosistemnya terdiri dari Facebook app, Messenger, Instagram, Whatsapp, Oculus, Workplace, Portal, dan Novi.

Dua terakhir adalah nama yang baru saya tahu. Saya coba cek.

Rupanya Portal merupakan perangkat panggilan video yang memudahkan pengguna merasa terhubung dengan teman dan keluarga terdekat bahkan saat Anda terpisah bermil-mil. Kecerdasan buatan (AI) pada Portal Smart Camera bisa menggeser dan memperbesar kamera untuk tetap mengikuti pergerakan, sehingga pengguna dapat bergerak dan berbicara bebas dan selalu berada dalam frame.

Adapun Novi merupakan dompet digital. Pengguna bisa mengirim dan menerima uang secara instan, aman, dan tanpa biaya. Novi menggunakan USDP (Pax Dollar), sebuah mata uang digital yang berjalan dengan teknologi blockchain. Novi juga bakal bisa digunakan di aplikasi lainnya, seperti Messenger dan Whatsapp. 

Bagaimana Selanjutnya?

Akankah masalah-masalah yang menyelimuti Facebook selama ini akan terus mengikuti? Soal privasi, dampak psikis pada pengguna, dampak pada kehidupan sosial dan demokrasi, dan seterusnya.

Kepada The Verge, Zuckerberg mengaku ia dan perusahaannya banyak belajar dalam lima tahun terakhir. Masalah-masalah yang terjadi justru dibutuhkan untuk membangun program yang lebih canggih, baik seputar AI, tentang konten-konten berbahaya, atau membuat program privasi yang jauh lebih kuat. Dia mengakui sulit menyeimbangkan hal-hal yang kompleks seperti kebebasan berekspresi dan mengatasi konten berbahaya.

Zuckerberg berkilah, tidak mudah untuk melakukan keduanya dengan sempurna.

Dengan demikian saya sendiri melihat kritik Zuboff terhadap Facebook, Google, Amazon, atau platform lainnya masih akan tetap relevan. Menurut saya Meta hanyalah cara lain bagi Zuckerberg dalam mengeksploitasi perilaku dan data pengguna dengan cara yang lebih canggih dan semakin beragam. Sementara ini saya tidak melihat perubahan cara berbisnis Meta dibandingkan Facebook. Sepertinya masih sama saja.

Satu sisi kehadiran banyak platform tentu akan memberi manfaat dan memudahkan komunikasi di antara pengguna. Di sisi lain, pengguna tetap akan menjadi objek untuk dieksploitasi. Semakin banyak dan kompleks sumber data untuk dieksploitasi. Problem-problem sosial yang muncul dari penggunaan platform di ekosistem masih akan tetap sama.

Kritik Zuboff maupun berbagai hal yang diungkapkan Haugen masih layak menjadi kekhawatiran kita.

avatar Tidak diketahui

Penulis: NBN

Strategic Management; Strategic Communication; Enterpreneurship; Media and Social Media.

Tinggalkan komentar