
Sudah berbulan-bulan ini saya dan istri tak lagi mendatangi gerai ritel untuk berbelanja bulanan rumah tangga. Cukup lewat aplikasi jasa titip belanja: Pilih barang, interaksi dengan professional shopper, dan barang dikirim ke rumah.
Sejauh ini layanan yang kami gunakan sangat profesional. Belum pernah sekalipun kecewa. Ongkos layanannya juga sangat murah. Kami biasa dikenai ongkos Rp30 ribu untuk sekali belanja. Yang berbeda hanya pengalaman berbelanja sekaligus refreshing tak kami dapatkan jika belanja melalui aplikasi, seperti jika datang langsung ke gerai ritelnya.
Faktornya tentu karena pandemi tak memungkinkan kita bebas bepergian. Pandemi membuka peluang kolaborasi online dan offline. Kerja sama ini menjadi niscaya, jika sektor bisnis ritel ingin bertahan di tengah situasi yang berat.
Pandemi telah membuktikan tren berbelanja bisa berubah drastis. Dari offline menjadi serbaonline. Data terkini menunjukkan secara bisnis pertumbuhan e-commerce jauh lebih tinggi dibanding ritel konvensional. Namun jika pandemi mereda dan situasi berangsur normal, bisa jadi situasi kembali berbalik atau keduanya mengalami pertumbuhan berimbang.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menghitung tahun 2020 setiap hari ada lima sampai enam toko ritel yang tutup. Tahun 2021 penutupan toko ritel masih berlanjut, meski tak seintens tahun sebelumnya.
Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah langkah PT Hero Supermarket Tbk (HERO) menutup semua gerai Giant pada Juli 2021 lalu. Perusahaan mengubah strategi dengan menjadikan gerai-gerai Giant menjadi IKEA dan Hero. Bersama kawan-kawan di kelas manajemen stratejik kami sempat mendiskusikan, apakah keputusan HERO merupakan keterpaksaan karena merosotnya bisnis ritel, atau semata-mata perubahan strategi melihat tren konsumsi masyarakat.
Konsolidasi O2O
Harian Kontan edisi 17 September 2021 pada halaman utama menulis tentang maraknya konsolidasi bisnis digital dan konvensional. Riset Kontan menyebutkan kolaborasi Blibli-Ranch Market dan Gojek-Hypermart menunjukkan arah bisnis ritel ke depannya.
Grup Djarum melalu PT Global Digital Niaga (Blibli.com) berencana mengakuisisi 51% saham PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC), yang selama ini menjalankan bisnis supermarket premium seperti Ranch Market dan Farmers Market. Blibli bukan perusahaan digital pertama yang mengakuisisi saham peritel konvensional. Sebelumnya, seperti ditulis Kontan, Gojek melalui PT Pradipa Darpa Bangsa membeli 4,76% saham PT Matahari Putra Prima (MPPA). MPPA mengelola beberapa ritel seperti Hypermart, Foodmart, Hyfresh, dan lainnya.
Pandemi mempercepat proses O2O: “Online to offline” juga “offline to online“. Definisi O2O secara sederhana adalah proses dua arah antara dunia digital dan dunia fisik, yang umumnya terjadi antara sektor ritel dan perdagangan elektronik. Keputusan masyarakat berbelanja kini bisa berangkat dari ketertarikan secara online, juga bisa jadi sebaliknya.

Bagi konsumen, berbelanja secara online maupun offline sama-sama memiliki kelebihan dan keterbatasan. Inilah salah satu faktor yang membuat konsolidasi kedua model itu terjadi.
Satu komentar pada “O2O: Memadukan bisnis daring dan konvensional”