“It has now become a platitude to say that the nation that controlled the sealanes in the nineteenth century, or that controlled the airways in the twentieth century, controlled the whole world. In the twenty-first century, it appears that whoever controls the airwaves will control the world and whatever is beyond it” (Profesor Dilwanaz A Siddiqui, Clarion University of Pennsylvania)
Pengantar: Materi disampaikan dalam Latihan Kader Dakwah Tingkat Nasional yang diadakan oleh Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB-HMI), pertengahan Juli 2012. Ada 40-an peserta yang hadir ketika itu, yang mewakili beberapa provinsi. Sayang kalau tidak dibagikan. Semoga bermanfaat.
—
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja “da’a-yad’u” yang berarti panggilan, seruan, atau ajakan. Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata “Ilmu” dan kata “Islam”, sehingga menjadi “Ilmu dakwah” dan Ilmu Islam” atau ad-dakwah al-Islamiyah. Ilmu dan Islam sendiri bukan merupakan sesuatu yang statis, melainkan selalu berkembang. Karenanya ilmu tentang cara-cara berdakwah harus terus dikembangkan dengan berbagai cara dan metodologi.
Saat ini dakwah tidak lagi dilakukan sebatas pemberian khotbah di masjid atau lembaga formal lainnya. Seiring meningkatnya kemajuan teknologi informasi, penyebaran dakwah tersebar melalui media teknologi, khususnya teknologi informasi seperti Internet. Dengan tren digital life, sesungguhnya kemudahan untuk nasyrul fikrah semakin terbuka lebar.
Penguasaan terhadap jaringan Internet adalah sebuah terobosan bagi efisiensi dan efektifitas dakwah, karena hal ini berhubungan erat dengan transformasi pemikiran, terutama di kalangan educated middle class sebagai elemen strategis dari unsur perubahan masyarakat. Selaku penggerak bagi perjalanan masyarakat, kalangan ini selalu mencari tatanan terbaik yang akan meningkatkan kualitas masyarakat di masa depan. Faktanya pula mereka adalah kalangan yang paling intens berinteraksi dengan dunia cyber (Internet) dan jumlahnya terus meningkat secara eksponensial. Komunitas cyber menstimulir seseorang untuk menjadi lebih sensitif dengan berbagai hal yang terjadi di seluruh pelosok negeri Islam. Hal ini dapat diakses melalui berbagai fasilitas Internet seperti mailing list, halaman situs, dan lain-lain, yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya.
Future Web Trends
Teknologi informasi, baik software maupun hardware terus berkembang dari waktu ke waktu. Bagaimana trennya ke depan:
• Koneksi internet semakin murah, cepat
Semakin banyak orang yang terkoneksi dengan internet
• Seluruh piranti digital akan saling terkoneksi dan terhubung dengan internet
Internet bisa diakses di manapun dan kapanpun. Banyak pula aplikasi yang berbasis web.
• Pertumbuhan mobile internet
Teknologi ponsel tumbuh cepat, disokong peningkatan kualitas jaringan dan layar.
• Nyaris tak ada privasi di web
Semua orang bisa saling berbagi dan data-data milik anda bisa diakses siapapun.
• Akan bermunculan Google & Facebook baru
Situs-situs besar semacam Google & Facebook akan mendapatkan pesaing-pesaing baru yang tak kalah canggih. Microsoft, bahkan, diprediksi akan merilis code operating system-nya dan akan go open source. Operating system berbasis web juga akan terus bermunculan.
Teknologi internet ke depannya juga semakin interaktif, multimedia convergence, dan dapat dinikmati di mana pun dengan teknologi apa pun.
Berdakwah di Dunia Maya
Dalam teori gerakan sosial, dibutuhkan perangkat yang memadai untuk bisa mencakup dan menggerakkan seluruh elemen masyarakat. Dan kini internet menjadi peranti penting dalam menggalang dukungan sekaligus memobilisasinya. Setidaknya dalam dua tahun terakhir ini situs-situs jejaring sosial semakin mewabah di Tanah Air, menjadi epidemi yang menjangkiti kaum netters. Tak pandang usia, tidak pula status sosial. Ada yang muda, banyak juga yang sudah berumur. Ibu rumah tangga hingga politisi kakap memanfaatkan website jejaring sosial.
Satu dekade lalu gerakan people power dilakukan dengan turun ke jalan. Ratusan ribu orang mengepung gedung parlemen di Senayan untuk menyuarakan penentangan terhadap penguasa yang dianggap lalim. Namun kini hal itu bisa dilakukan tanpa meninggalkan rumah.
Inilah era digital. Kantor berita Reuters, misalnya, menyebut aksi galang dukungan terhadap dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi nonaktif Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto di dunia maya sebagai “digital people power“. Publik yang tidak yakin terhadap tuduhan pemerasan atau suap dua pimpinan pun membentuk berbagai kelompok dukungan. Atau bagaimana gerakan “Koin untuk Prita” bisa menarik simpati jutaan orang melawan ketidakadilan yang dirasakan seorang ibu rumah tangga. Di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara bahkan gerakan massa dimobilisasi melalui jejaring sosial Twitter.
Bayangkan jika potensi-potensi semacam kasus-kasus di atas juga dimanfaatkan dalam berdakwah. Dakwah melalui jaringan internet dinilai sangat efektif dan potensial dengan berbagai alasan, di antaranya:
• Mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap dengan biaya dan energi yang relatif terjangkau;
• Pengguna jasa internet setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah;
• Para pakar dan ulama yang berada di balik media dakwah via internet bisa lebih konsentrasi dalam menyikapi setiap wacana dan peristiwa yang menuntut status hukum syar’i;
• Dakwah melalui internet telah menjadi salah satu pilihan masyarakat. Berbagai situs mereka bebas memilih materi dakwah yang mereka sukai, dengan demikian pemaksaaan kehendak bisa dihindari;
• Cara penyampaian yang variatif telah membuat dakwah Islamiyah via internet bisa menjangkau segmen yang luas. (sumber: zamrishabib.wordpress.com)
Segmentasi
Semakin murahnya tarif koneksi internet dan harga peranti membuat jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Hasil riset MarkPlus Insight menyebutkan, pada tahun 2010 rata-rata penetrasi penggunaan internet di kota urban Indonesia sekitar 30-35 persen, naik menjadi 40-45 persen pada 2011.
Angka pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia masih didominasi oleh anak muda dari kelompok umur 15-30 tahun, dengan angka sebesar 50 dari total pengguna internet. Saat ini juga tercatat ada 29 juta mobile internet user di Indonesia. Artinya, lebih dari 50 persen pengguna mengakses internet secara dengan peranti bergerak.
Dari strata sosial, para pengguna internet didominasi kelas menengah yang jumlahnya saat ini mencapai 56,5 persen dari 237 total populasi (versi Bank Dunia). Sisanya adalah kelas atas yang memang sudah akrab dengan dunia internet.
Dalam hal pemakai media sosial, terutama jejaring sosial, Indonesia bisa dibilang memiliki jumlah pengguna yang fantastis. Imbue Marketing menyajikan statistik jejaring sosial terbesar saat ini meliputi YouTube, Facebook, Twitter, Instagram, Pinterest, Sound Cloud, dan LinkedIn.
Sementara berdasarkan data yang dilansir Semiocast per Januari 2012, Indonesia menempati urutan kelima jumlah akun Twitter terbanyak di dunia, mencapai 19,5 juta akun, di mana 28 persen di antaranya merupakan pengguna yang aktif memposting. Sementara untuk pengguna Facebook, per 11 Juli 2012 Indonesia menempati posisi keempat di dunia dengan 43.831.880 akun (Sumber: Check Facebook).
Melihat data-data di atas, maka berdakwah di dunia maya adalah hal yang harus dilakukan. Apalagi dengan berbagai karakteristik istimewa yang dimiliki internet. Namun, sesuaikan segmentasi dengan sarana dunia maya yang akan kita pergunakan.
Media Sosial
Habermas, filosof cum sosiolog Jerman, menyebutkan public sphere sebagai bagian dari kehidupan sosial, di mana setiap orang dapat saling berargumentasi mengenai berbagai masalah yang dihadapi bersama-sama. Public sphere tidak hanya menyangkut ruang yang bersifat fisik, tetapi juga ruang di mana proses komunikasi bisa berlangsung. Contoh dari ruang publik yang tidak bersifat fisik adalah media massa, dan kini dengan kehadiran media sosial di dunia maya.
Pada perkembangan dunia internet yang kini dikenal dengan era Web 2.0, media sosial telah menciptakan public sphere baru bagi masyarakat. Public sphere merupakan bagian dari teori demokrasi modern, di mana ada kesempatan berpartisipasi yang lebih bagi masyarakat untuk mengekspresikan ide-idenya lebih jauh, dan menghadirkan pola dialektika yang baru.
Media sosial adalah media berbasis daring (jejaring online), di mana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi, meliputi blog, jejaring sosial, wiki, ataupun forum. Media sosial secara fundamental mengubah cara berkomunikasi. Maraknya Facebook, Twitter, Plurk, blog, wiki, Youtube, dan lainnya memaksa organisasi/perusahaan/tokoh publik meningkatkan cara komunikasi, yang semula satu arah dan dua arah menjadi segala arah.
Media sosial merupakan sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content (Wikipedia).
Media sosial telah menjadi medan perang yang tidak terbatas. Semua hal dapat dibicarakan di sini, dari dan untuk siapa pun. Bagi para pelaku di dunia politik, media sosial menjadi senjata ampuh untuk menggerogoti citra dan popularitas lawan. Dunia maya ibarat medan perang yang tiada batas, dengan lawan yang jumlahnya tak terhingga dan kerap kali tak tampak nyata. Pemilik sebuah akun di media sosial dapat menyebarkan berbagai informasi/isu ke segala penjuru, ibarat seorang prajurit yang menembakkan senapan mesinnya ke segala arah.
Akan tetapi media sosial juga dapat menjadi ruang persemaian ide-ide yang konstruktif. Lebih jauh internet juga dapat mempererat ikatan ukhuwah Islamiyah yang terkadang dibatasi lingkup wilayah.
Di era keterbukaan ini kita tidak dapat mengontrol arus pembicaraan di dunia maya, namun dapat memberikan pengaruh (influence) kepada para audiens. Untuk itu diperlukan stratak yang memadai menggunakan sarana-sarana yang tersedia di dunia maya.
Website
Rupert Murdoch, raja media dunia, ketika berbicara di depan Asosiasi Editor Surat kabar Amerika Serikat pada April 2005 mengatakan, koran dan media cetak tinggal menunggu hari kematiannya. “Sekarang zamannya Internet. Perusahaan media, termasuk perusahaan saya, harus lebih paham soal Internet,” katanya ketika itu.
Dalam konteks Indonesia, kematian media cetak memang belum akan datang dalam waktu dekat ini. Namun melihat penetrasi jumlah pengguna internet yang meningkat drastis, dan merosotnya jumlah pendapatan iklan serta oplah surat kabar, maka situs berita daring menjadi pilihan yang menarik karena kecepatannya dalam menyajikan informasi.
Penting untuk dipahami, internet telah mempercepat penyampaian informasi, memperluas jangkauan, serta memberi kebebasan waktu penyampaian dan pengaksesan. Informasi pun dapat diperoleh dengan biaya yang murah. Selain informasi yang disampaikan, yang menarik dari situs berita adalah tersedianya (disediakan) ruang interaksi di dalamnya. Pembaca bisa memberikan komentarnya terhadap isu yang diangkat oleh situs tersebut, juga berinteraksi dengan pembaca lainnya.
Maka, penggunaan website sebagai sarana dalam berdakwah adalah mutlak. Website ibarat bangunan perpustakaan yang menyajikan berbagai ilmu pengetahuan. Sementara media jejaring sosial adalah peranti yang digunakan untuk menyebarkan materi-materi yang ada di website sekaligus sebagai sarana berinteraksi.
Konten Dakwah
Dalam dunia internet, konten adalah raja. Ruang-ruang yang kita ciptakan di dunia maya tidak akan dikunjungi orang dan tidak akan memberikan efek jika tidak menyajikan konten yang dapat memenuhi kebutuhan. Untuk itu penyajian konten haruslah menarik, interaktif, aktual-kontekstual, serta diperbarui secara kontinyu.
Dalam menghadapi derasnya arus opini di media sosial, dibutuhkan upaya yang memadai dengan dukungan sumber daya yang cukup. Pengelola harus mampu membanjiri dunia maya dengan informasi positif tentang ajaran Islam dan sesekali harus mampu memberikan jawaban atas persoalan yang dialami umat terkait problem keagamaan mereka.
Oya, jangan lupakan tiga prinsip berdakwah, yaitu bilhikmah (al-burhan al aqli/argumentasi logis), mauidzah hasanah (seruan yang baik dan bisa mempengaruhi), serta al-jidal (berdiskusi dengan ide). (QS An-Nahl:125)
Mengelola Komunitas
Kelolalah komunitas di dunia maya. Namun, selain menggunakan sarana-sarana online, tetaplah jalin komunikasi secara nyata. Bagaimanapun interaksi di dunia fisik memiliki makna yang lebih dibandingkan interaksi di dunia maya.
2 tanggapan untuk “Strategi Dakwah Digital”