Berjuang memulihkan nama Stalin

josef stalin telegraph
josef stalin telegraph

Duduk di depan kamar pada rumahnya di Moskow, dikelilingi beberapa rak buku tentang sejarah abad 20, Leonid Zhura menceritakan bagaimana hidupnya lebih baik di bawah Josef Stalin.

“Ini merupakan zaman yang heroik. Ini adalah pertama kali dalam sejarah manusia bahwa masyarakat berdiri pada prinsip-prinsip yang adil,” ujarnya, sembari menegaskan bahwa Stalin tidak melakukan kejahatan apapun.

Pandangan Zhura bukanlah hal yang luar biasa di Rusia saat ini. Terbukti, bulan lalu Stalin menempati urutan ketiga jajak pendapat nasional sebagai tokoh terbesar dalam sejarah.

Yang membedakan sejarawan amatir dari para penggemar Stalin lainnya seperti Zhura adalah dia berupaya untuk pergi ke pengadilan guna membuktikan pernyataannya, bahwa Stalin tidak pernah membunuh siapa pun.

Dia bahkan mengklaim memiliki saksi mata yang dapat dipercaya: Yevgeny Dzhugashvili, cucu Stalin yang kini berusia 73 tahun.

Yevgeny Dzhugashvili adalah putra Yakov, salah satu dari empat anak Stalin yang dilahirkan dari kehidupan cintanya yang melibatkan dua istri dan beberapa gundik. Yevgeny Dzhugashvili hadir di pengadilan Basmanny di Moskow, Selasa 15 September. Dzhugashvili tinggal di Tbilisi, Georgia. Namun atas undangan Zhura, dia terbang ke Moskow untuk ambil bagian dalam gugatan pencemaran nama baik terhadap Novaya Gazeta, surat kabar liberal ternama Rusia.

“Dia pensiun dan hidup normal dengan keluarganya di Georgia. Namun dia memutuskan untuk bersikap dalam kasus ini,” kata Zhura (63), seorang mantan pegawai perdagangan. Zhura mewakili Dzhugashvili di pengadilan.

Dzhugashvili menuntut USD299.000 atas kerugian yang ditimbulkan surat kabar itu, yang memberitakan bahwa kakeknya secara personal menandatangani perintah politbiro untuk mengeksekusi warga sipil.

Anatoly Yablokov, sejarawan yang menulis artikel di surat kabar Novaya Gazeta, mengatakan kasus hukum semacam itu tidak pernah terpikirkan hingga saat ini, namun kini menjadi mungkin.

“Ada perubahan pandangan masyarakat terhadap Stalin,” kata Yablokov bulan lalu saat sidang pendahuluan di pengadilan, sebagaimana ditulis Guardian.

Menurut Zhura, bagaimanapun juga, Stalin menciptakan sebuah masyarakat superior untuk menghadapi rivalnya, para kapitalis, tidak hanya pada ladang percobaan ilmu pengetahuan, namun juga di lapangan sepakbola. “Saat mengunjungi Inggris pada November 1945, Moskow Dynamo FC mengalahkan Manchester United. Bahkan kami mengalahkan Arsenal,” kata Zhura.

Zhura juga menegaskan bahwa Pakta Molotov-Ribbentrop, yang ditandatangai di era pemerintahan Hitler dan Stalin secara rahasia memecah Eropa Timur pada Agustus 1939, bukanlah penyebab Perang Dunia II. Malahan dia menyalahkan kesepakatan yang tidak banyak diketahui, yang ditandatangani pada bulan yang sama: Kesepakatan Anglo-Polish antara Inggris dan Polandia.

Lebih jauh, Zhura juga mengklaim bahwa Nazi melakukan pembunuhan besar-besaran di Katyn pada 1940 terhadap para pegawai Polandia. Kejahatan itu ditutup-tutupi oleh Moskow selama 50 tahun, dan kini diakui sebagai kerja dari NKVD Soviet.

Menurut Zhura, para rekan sejawat Stalin berada di balik ‘Teror Besar’ atau ‘Great Teror’ (1937-1938), ratusan ribu orang, termasuk para pemimpin Bolsheviks, ditambak mati. Pada tahun-tahun tersebut, ratusan ribu orang ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara yang lama berdasarkan salah satu dari berbagai paragraf Ayat 58 yang terkenal dari Kitab Hukum Pidana Republik-republik Uni Soviet, yang mendefinisikan penghukuman bagi berbagai bentuk “kegiatan kontra-revolusi.”

Dia juga mengakui Stalin menciptakan sistem Gulag, namun dia mengatakan bahwa mereka yang dipenjara di dalamnya, termasuk Alexander Solzhenitsyn, berhak mendapatkan tanah mereka.

Gulag adalah cabang dari Badan Keamanan Negara yang mengoperasikan sistem hukuman berupa kamp kerja paksa dan kamp-kamp transit serta penjara-penjara penahanan yang terkait. Sementara di kamp-kamp ini ditahan segala jenis penjahat. Sistem Gulag terutama sekali dikenal sebagai tempat untuk tahanan politik dan sebagai sebuah mekanisme untuk menindas oposisi politik terhadap Soviet. Meskipun Gulag memenjarakan jutaan orang, namanya baru menjadi terkenal di luar Blok Timur melalui penerbitan buku Solzhenitsyn pada 1973.

Beberapa waktu lalu, Rusia terlibat dalam perselisihan dengan Eropa Timur mengenai penyebab dan asal-usul Perang Dunia II. Bulan ini, Presiden Rusia Dmitry Medvedev menegaskan bahwa klaim Uni Soviet berbagi tanggung jawab atas konflik tersebut bersama Jerman sebagai kebohongan.

Sementara saat mengunjungi Polandia untuk memperingati 70 tahun pecahnya Perang Dunia II awal bulan ini, Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengakui pakta Nazi-Soviet, atau disebut Molotov-Ribbentrop, sebagai sesuatu yang tidak bermoral.

Bagaimanapun juga, bagi Zhura, satu hal tidak dapat disangkal lagi. “Stalin merupakan seorang pria yang baik hati, dermawan, dan seorang jenius,” tegasnya. “Di bawah Stalin orang-orang yakin terhadap masa depan. Jika dia membunuh jutaan orang, mengapa masih banyak yang mencintai dia?”

avatar Tidak diketahui

Penulis: NBN

Strategic Management; Strategic Communication; Enterpreneurship; Media and Social Media.

Tinggalkan komentar