Cerai karena perbedaan pandangan politik?

SS-068-0109

Harian The Jakarta Post pada 4 Februari lalu menurunkan berita menarik tentang perceraian. Disebutkan dalam berita laporannya, angka perceraian di Indonesia meningkat 10 kali lipat tiap tahunnya semenjak berakhirnya Orde Baru pada 1998.

Uniknya, perbedaan pandangan politik antara suami dan istri dari tahun ke tahun semakin sering menjadi penyebabnya. Hmmm….
Selama Soeharto berkuasa, angka perceraian terjadi rata-rata 20.000 kasus setiap tahunnya. Namun setelah itu, pasca-1998, angkanya melonjak menjadi 200.000 kasus per tahun.

Nasaruddin Umar, Direktur Jenderal Bimbingan Islam Departemen Agama, sembari tertawa mengatakan, perceraian ini kemungkinan terjadi karena perempuan kini lebih memiliki kesadaran mengenai haknya.

“Angka kasus perceraian naik setiap tahun dan saya tidak tahu kenapa. Sekitar 2 juta pasangan menikah setiap tahun, dan lebih dari 200.000 pasangan bercerai karena beragam alasan,” kata Nasaruddin dengan menyebut perceraian banyak terjadi di Semarang, Bandung, Medan, dan Surabaya.

Kata Nasaruddin, alasan umum perceraian yang terus menanjak jumlahnya adalah karena perbedaan pandangan politik. Percaya atau tidak, banyak pasangan memutuskan bercerai karena suami dan istri memiliki sikap yang berbeda dalam isu politik. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Pada 2005, 105 pasangan bercerai karena konflik yang terkait dengan isu politik. Angka ini meningkat menjadi 502 pasangan pada tahun berikutnya. Tidak jelas berapa angka untuk 2007 dan 2008. Tapi sepertinya lebih banyak, apalagi di tahun 2009 ini.

Faktor lain perceraian adalah ekonomi, ketidaksetiaan, perbedaan etnis, dan perbedaan keyakinan. Banyak pasangan menikah meski berbeda agama. Dan kenyataannya, 90 persen dari pernikahan beda agama itu berakhir dengan perpisahan.

Dan alasan terbanyak dari perceraian adalah poligami. Data tahun 2006 menunjukkan sebanyak 879 pasangan bercerai karena poligami. Menurut Nasaruddin, saat ini perempuan semakin sadar akan hak mereka. Hal itu tidak lepas dari upaya kalangan LSM dan aktivis perempuan, yang menentang poligami.

avatar Tidak diketahui

Penulis: NBN

Strategic Management; Strategic Communication; Enterpreneurship; Media and Social Media.

2 tanggapan untuk “Cerai karena perbedaan pandangan politik?”

  1. oooppsss… gawat juga yak. Aku karo bojoku sampe sekarang sama2 gak tau milih parpol mana. Aku blom tau dia milih apa, dia sedikit tau kemungkinan aku milih apa. Itu juga karna mama jadi caleg 😀

    Suka

  2. daripada ribut… mending diem2an aja deh nggak usah bocor2in milih partai apa… hahaha…

    Suka

Tinggalkan komentar