Menyesalkan respons minim Arab

tentara-israel-biadab-di-gaza-5-januari-reuters
Tentara Israel biadab di utara Jalur Gaza, 5 Januari 2009 (Foto: Reuters)

Hingga detik ini warga Palestina di Jalur Gaza masih merasakan penderitaan yang luar biasa akibat kebrutalan Zionis Israel. Penderitaan semakin berat karena minimnya respons dari negara-negara Arab.

Padahal, pembunuhan massal yang terjadi di sana adalah akibat lemahnya sikap komunitas internasional, khususnya Arab sebagai bangsa serumpun. Warga Gaza kini merasa seperti dikhianati, bahkan oleh sesama negara-negara Arab.

Sejauh ini kita belum melihat aksi nyata yang benar-benar efektif dari bangsa Arab, selain sikap mengutuk dan mengecam saja. Nyatanya, kutukan dan kecaman tidak berarti apa-apa, apalagi membuat Israel berpikir untuk menghentikan kebrutalannya.

Lemah dan mandulnya tekanan dari negara Arab terbukti dari tidak diresponsnya proposal Liga Arab kepada Sidang Istimewa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada awal tahun ini. Proposal yang berisi permintaan penghentian segera pembantaian itu dinilai hanya sekadar basa-basi tanpa tindakan keras yang ditujukan bagi negeri Yahudi.

Walau tidak dapat berbuat secara militer, banyak hal yang bisa dilakukan negara Arab selain hanya mengecam. Misalkan dengan tekanan ekonomi. Seperti kita tahu, kawasan Arab merupakan penghasil minyak yang selama ini dikonsumsi Barat, terutama Amerika Serikat yang selama ini menjadi pendukung Israel.

Palestina kini membutuhkan dukungan, tak sekadar bantuan makanan dan obat-obatan. Untuk itu dibutuhkan harmoni di antara negara-negara Arab untuk mempercepat penghentian agresi biadab Israel.

Komitmen kuat dan sikap tegas harus ditunjukkan negara Arab agar Dewan Keamanan PBB segera mengeluarkan resolusi gencatan senjata segera dan permanen di Gaza. Selain itu, diharapkan pula segera dibuka blokir antara Gaza dan Israel, juga antara Gaza dan Mesir. Sebab selama ini, ditutupnya jalur perbatasan semakin membuat warga Gaza menderita karena tidak adanya akses untuk memperoleh makanan dan obat-obatan.

Hingga saat ini sedikitnya 548 warga Palestina terbunuh di Gaza dalam agresi yang sudah berlangsung selama 10 hari. Namun belum juga ada tanda-tanda tentara Zionis akan menghentikan kebrutalannya. Malahan, pertempuran akan semakin banyak memakan korban setelah Israel mengerahkan pasukan daratnya untuk memasuki kota Gaza.

Di Tanah Air, sikap pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan mendesak Majelis Umum PBB menggelar sidang darurat untuk menghentikan serangan Israel patut mendapat dukungan. Upaya yang masih bisa dilakukan pemerintah Indonesia adalah melakukan pendekatan dengan negara-negara Non-Blok atau Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk mendesak PBB menggunakan hak vetonya untuk menghentikan agresi Israel.

Indonesia, sebagai penduduk dengan mayoritas muslim, tak boleh lelah melakukan diplomasi dan berkontribusi demi terciptanya perdamaian di kawasan yang sudah sangat lama bergejolak itu.

avatar Tidak diketahui

Penulis: NBN

Strategic Management; Strategic Communication; Enterpreneurship; Media and Social Media.

Tinggalkan komentar