Sampai sekarang aku belum mendapatkan nama yang pasti untuk calon bayi perempuanku. Masih terjadi sedikit perbedaan keinginan antara aku dengan istriku.
Dari beberapa pilihan nama yang muncul, nama yang kini sama-sama diterima kami berdua adalah: “Puan Manika Nur Azalia”.
“Puan” merupakan keinginan istriku, yang menurut dia tidak bisa ditawar-tawar lagi. Maklum, dia sangat menyukai nama-nama klasik dari bahasa Jawa kuno (Kawi), Arab yang unik, Melayu, atau Sansekerta. Soal itu, kami sependapat.
Sedangkan “Manika” berasal dari bahasa Kawi kami dapat dari sebuah buku panduan kelahiran, yang berarti “batu permata”. Nama ini menurutku cukup unik. Aku pun sangat menyukainya. Sedangkan Nur merupakan permintaanku, selain sebagai nama penghubung bagi nama di belakangnya, juga karena namaku dan istri sama-sama memiliki kata “Nur”. Tawaran lainnya sebagai pengganti “Nur” adalah “Annora” yang juga berarti cahaya.
Kalau “Azalia”, dalam bahasa latin itu merupakan salah satu nama bunga, yang menurutku sangat bagus. Sedangkan dalam bahasa Ibrani, “Azalia” berarti yang dilindungi.
Aku sempat menawarkan beberapa nama alternatif, seperti “Almira”, “Elfrida”, “Sarah”, dan “Adawiyyah”. Untuk “Adawiyah”, terus terang aku sangat ingin memakai nama itu, namun sayangnya agak berat untuk dirangkai dengan nama lainnya. Kecuali, “Adawiyyah” diletakkan di belakang dan berubah menjadi “Al Adawiyyah”.
Usia kandungan istriku kini sudah memasuki pekan ke-37. Artinya, jika sesuai jadwal, anakku akan lahir tiga pekan lagi. Menurut perhitungan dokter, kelahiran antara 12-19 Mei. Dan kini, aku masih mencari nama-nama alternatif.
“Jangan lupa pikirin untuk nama laki-laki, Mas,” pesan istriku, mengantisipasi jika anak kami kelak bukan perempuan.
Dua Sisi 
Ass. wah, selamat ya mas semoga nanti kalau sudah melahirkan menjadi anak yang sholeh, patuh pada ke-2 Orang Tua-nya
SukaSuka